Bahaya Itu Kalau Merasa Puas

“bermain teater membuat derajat naik, dibandingkan dengan sinetron sensasi bermain teater lebih menyenangkan.”


Kamis itu, 7 Mei 2016, pukul 5 sore, sekelompok mahasiswa Teater Lakon Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bersiap untuk menampilkan sebuah pertunjukan seni teater. Ada yang merias diri, merapihkan pakaian, bahkan ada juga yang tak sabar karena sudah siap. Setelah siap, tampilah sekelompok mahasiswa teater tersebut. Disaksikan oleh banyak penonton yang sengaja menunggu mereka. Dihiasi lampu mempercantik penampilan. Mereka memberi judul pada penampilan tersebut dengan nama “Viralkeun!”.
Satu jam sudah mereka menampilkan aksi mereka. Walaupun hanya ber-8, namun mereka tampil memukau, penguasaan panggung dengan baik membuat penampilan tampak mengesankan. Padahal, Maudy Widitya yang merupakan pemain pada teater mengatakan bahwa mereka hanya memiliki waktu satu hari untuk mempersiapkan penampilan tersebut.
Konsep Viralkeun yang sangat berbeda dari dari konsep teater pada umumnya, karena konsep pertama tentang “lingkungan” dan lingkungan itu sangat luas, maka kelompok mahasiswa teater Lakon UPI mengambil konsep yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
 
Penamilan teater Lakon UPI dengan judul Viralkeun di gd Dewi Asri ISBI pada Kamis (6/4).
 Foto oleh: Melati Nurul


“Sebenernya, konsepnya sih udah lama, cuma yang bener-bener di fix in itu baru kemarin. Awalnya konsep kami hanya mencari wifi, ternyata geleuh. Jadi kami rombak konsep dan Alhamdulillah kami tampil cukup baik.” Ujar salah satu pemain teater Lakon UPI yang ikut memeriahkan acara sore itu yang bernama Maudy Widitya.

Bagi Maudy, bermain teater sangat menyenangkan. Walaupun tak jarang teman-teman seangkatannya mengatakan “maudy, kuliah yang bener!” namun baginya, itu tak mengganggu kegiatannya dalam bermain teater.
“kemarin saja saya pulang jam 11 malem dari kampus, biasa saja tuh. malah menyenangkan.” Tegasnya.
Teater Lakon yang berdiri sejak tahun 1962 ini sudah mendapat banyak prestasi. Maudy pun mengatakan bahwa pada 2015 ia mengikuti lomba Festival Monolog Nasional di Palembang, ia mendapatkan penghargaan sebagai Sutradara Terpuji, dan saat ini ada perlombaan Festival Teater Mahasiswa Nasional di Makassar, karena satu dua hal lainnya, teater Lakon tidak mengikuti perlombaan tersebut.
Maudy Widitya, sedang memberikan tips menjadi wanita solehah pada penampilan teater Lakon di ISBI pada Kamis (6/4)
Foto oleh: Melati Nurul

Memeriahkan Hari Teater se-Dunia
Antusias penonton yang sangat kurang tidak mematahkan semangat panitia dalam memeriahkan acara tersebut. Dengan berbagai usaha panitia yang kurang lebih ada 40 mahasiswa, akhirnya antusias penonton pun bertambah pada hari kedua dan ketiga.
“antusias memang sedikit karena menurut saya masih kurang partisipannya. Karena sekarang ini lebih banyak peminat cabaret dibanding teater” Ujar salah satu panitia bernama Dwi.
Ia pun berharap bahwa tahun selanjutkan peminat teater lebih banyak lagi dan dapat memeriahkan hari teater se-Dunia lebih meriah dari tahun sekarang.
 “Hari teater se-Dunia itu bagi aku merupakan tempat berkumpul, tempat menambah pertemanan, tempat sharing, silaturahmi, tanpa disadari suka dapet job, tapi kalo job itu hanya bonus”.
Sebelum menjadi penampil di Hari Teater yang diselenggarakan oleh Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI), teater Lakon pergi ke Australia untuk mengikuti kolaborasi. Perwakilan dari teater Lakon UPI sendiri tujuh mahasiswa, dari Australia juga 7 orangg. Digabung menjadi satu panggung pertunjukan dengan dua sutradara, masing-masing dari Indonesia dan Australia itu sendiri. Disana, perwakilan dari teater Lakon UPI menampilkan sebuah drama dengan konsep dua kebudayaan itu sendiri.
Sesudah dari Australia, tersisa Maudylah yang masih meneruskan perjalannya. Kemudian ia bermalam di Bali, dan tetap mengikuti kegiatan di Solo dalam rangka memperingati hari teater se-Dunia.  
            Tak ada kriteria khusus untuk menjadi pemain teater, tergantung dari imajinasi setiap orang yang menjalaninya. Bagi Maudy, ia merupakan orang yang beruntung karena masih diberi kesempatan memperingati Hari Teater se-Dunia di banyak daerah bahkan hingga ke luar negeri.

Setelah mereka Tampil di Panggung Pertunjukan
Bermain teater membuat setiap orang yang menjadi pemeran teater merasa senang. Mereka merasa lega karena usaha yang mereka lakukan berakhir tak sia-sia. “bahaya itu, kalo kita udah ngerasa puas sama penampilan kita.”. tegas Maudy. Ia berkata bahwa selesai bermain teater, ia masih merasa kesal dan greget. “kenapa sih tadi ga gini!.” Kesalnya ia selalu dijadikan pelajaran untuk penampilan selanjutnya. Merasa senang itu boleh, namun tetap harus mempunyai evaluasi.
        Karena msih teater kampus dan belum menjadi komersil, Maudy selalu senang dalam mejalankan aktivitasnya menjadi anggota teater. “teater itu latihannya lebih parah dari bermain sinetron. Sinetron masih ada cut, take, bisa diulang-ulang. Lah kami sebagai pemain teater itu langsung berhadapan dengan audience. Sensasinya juga berbeda.”. Ia juga mendapatkan serita dari pelatihnya bernama Wawan. Wawan pernah menjadi sutradara Teater Bunga Penutup dengan pemeran Chelsea Island, Reza, Hepi, dan artis lainnya. Disana artis merasa lebih bangga bermain teater dan derajat mereka menjadi naik jika bermain teater tersebut.

Diakhir penampilan, pemeran teater Lakon berjoge bersama dan menutup penampilannya di gd Dewi Asri pada Kamis (6/4).
Foto oleh: Melati Nurul




Melati Nurul Khotimah

Reviews:

Posting Komentar

Blog Jalan-Jalan © 2016 -

Contact us

Diberdayakan oleh Blogger.